REALISTIS
Sebuah kisah seorang anak manusia yang selalu berjuang untuk melawan hal yang tidak ia inginkan dan selalu ingin membuat kedua orangtuanya bangga kepada dirinya. Ia adalah Rangga seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang sedang menjalankan studinya di sebuah perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Seorang remaja yang sangat pendiam dan cenderung tertutup, hampir semua hal yang ia inginkan tidak ia dapatkan.
Kisah ini dimulai pada saat ia baru mengecap bangku sekolah menengah pertama pada tahun 2005, mungkin ini adalah satu-satunya keinginan yang ia dapatkan. Rangga sangat ingin masuk sebuah SMP negeri dan pada saat itu untuk mendapatkan sebuah sekolah negeri cukup sulit. Dengan usahanya akhirnya ia diterima di sebuah SMP Negeri ternama di kota bekasi.
Pada Tahun pertama ia menuntut ilmu di sekolah tersebut mungkin ia kaget karena cara pengajaran yang ia terima sangat jauh berbeda dari apa yang ia pikirkan, Waktu terus berlalu dan disinilah pertama kalinya ia mendapatkan sebuah pengalaman organisasi yang sangat berharga dan tidak bisa ia lupakan sedikitpun karena disinilah ia mendapat banyak teman, melatih kedisiplinannya bahkan ia menjadi sangat bertanggung jawab. Pada saat itu ia memilih PMR (Palang Merah Remaja) sebuah organisasi yang pada kesan pertama menampilkan sebuah kelembutan, lemah dan tidak menguras tenaga sama sekali namun apa yang rangga pikirkan salah besar.
Mulanya rangga berpikir dengan memilih PMR ia bisa sedikit santai menjalani organisasi yang telah ia pilih ini namun hal itu sangat terbalik dengan kenyataannya, di organisasi ini dia dibentuk menjadi seorang calon pemimpin yang memiliki sebuah mental juara dengan latihan fisik yang keras dan kata-kata pemacu emosi untuk melatih mental yang dilontarkan oleh setiap alumni di setiap latihannya.
Apabila anak-anak seusianya hobby menghabiskan waktunya untuk kegiatan yang tidak berguna namun berbeda dengan rangga yang pada saat itu berusia 13 tahun, ia justru lebih memilih menghabiskan waktunya untuk berorganisasi hal yang tidak biasa dilakukan anak seusianya. Akhirnya pada 17 september 2006 ia dilantik menjadi seorang ketua sebuah tanggung jawab yang cukup merubah kepribadiannya karena sejak saat itu seorang rangga yang awalnya pendiam sedikit demi sedikit memiliki keberanian untuk berbicara di depan umum dan memimpin sebuah organisasi. Tidak hanya itu dikelaspun dia menjadi anak yang cukup berprestasi.
Tidak terasa 3 tahun berlalu begitu cepat, pada tahun 2008 rangga lulus dari sekolah yang memberikan pengalaman organisasi yang sangat berharga baginya. Setelah lepas dari SMP disinilah ia mulai merasakan yang dinamakan realistis, sebuah hal yang harus ia terima dan ia jalani meskipun ia sangat tidak menyukainya. Pada awalnya ia ingin sekali bersekolah di SMA Negeri ternama di kota bekasi namun takdir berkata lain, bukan negeri yang ia dapatkan tetapi sekolah swasta yang sangat tidak ia inginkan.
Pertama kali ia bersekolah di sekolah tersebut 1 hal yang ia katakan “gua udah sekolah di sekolah swasta yang gua anggap hal yang sangat buruk, gua ga mau menambah keburukan tersebut dengan terperosok di jurusan IPS. 1 kalimat, gua harus lanjut di jurusan IPA !” mulai saat itu ia belajar dengan giat agar hal yang ia inginkan bisa ia dapatkan. 1 semester telah berlalu dan disinilah ia mulai mendapatkan hikmah dan pelajaran dari hal yang sangat tidak ia inginkan, setelah belajar dengan giat ia tidak hanya mendapatkan jurusan IPA yang ia inginkan namun ia juga mendapatkan ranking 1, hal yang tidak pernah ia dapatkan selama di SMP.
Semester demi semesterpun berlalu dan ternyata bukan hanya prestasi yang ia dapatkan selama bersekolah di sekolah swasta yang awalnya sangat tidak ia inginkan, justru di sekolah ini ia menambah pengalaman organisasinya yaitu dengan mengemban tanggung jawab sebagai ketua MPK, apabila kita berbicara tentang susunan tata Negara MPK ini setara dengan MPR yang membawahi dan mengawasi kinerja presiden atau ketua osis. Selanjutnya ia pun di percaya menjadi pengibar bendera pada saat upacara hari kemerdekaan di sekolahnya sebanyak 3 kali secara berturut setiap tahunnnya.
Kemudian hal yang tidak bisa dilupakan oleh rangga selama ia bersekolah di sekolah tersebut adalah moment perpisahan, sebuah moment yang penuh dengan kenangan indah dan menjadi penutup yang indah pula selama 3 tahun ia bersekolah di sekolah tersebut. Pada malam perpisahan tersebut dibacakan pula kelulusan siswa-siswi sekolah rangga, hal yang membuatnya terkejut bukanlah kelulusan yang ia dapatkan namun lebih dari itu ia lulus sebagai siswa berprestasi dengan menempati urutan kedua dengan nilai tertinggi di sekolahnya bahkan ia dapat mengalahkan teman sekelasnya yang selalu mendapatkan ranking 1 di setiap semesternya dan pada saat itu pula ia sangat senang dan merasa menjadi juara biarpun hanya menempati urutan kedua.
Perjalananpun terus berlanjut, setelah lulus SMA untuk kedua kalinya ia harus menerima kenyataan yang sangat tidak ia inginkan, rangga sangat ingin sekali diterima di universias negeri namun stelah ia berusaha hampir sebulan lamanya tidak 1 universitas negeri yang ia inginkan bisa ia dapatkan. Sehingga pada akhirnya ia harus melanjutkan pendidikannya di universitas swasta ternama di Jakarta, meskipun ia pernah mengalami hal seperti ini namun kali ini berbeda. Ia merasa sangat terpuruk dan selama 3 bulan di setiap malamnya ia menangis serta menyalahkan dirinya sendiri atas kegagalan yang ia alami untuk mendapatkan universitas negeri.
Kemudian jurusan akuntansi yang ia pilihnya menjadi cukup realistis ketika ia mengetahui sebenarnya ia buta warna dan tidak bisa melanjutkan studinya di jurusan farmasi yang ia inginkan. 1 semester ia jalani dan sebuah nikmat terjadi, seorang rangga yang tidak mengetahui ilmu akuntansi begitu dalam bisa mendapatkan IPK yang cukup tinggi disinilah rangga mulai sadar bahwa Allah selalu memberikan apa yang di butuhkan hambanya bukan yang di inginkan.
Semester 1 pun berlalu, memasuki semester 2 rangga mulai melupakan kenangan buruknya dulu dan kemudian nikmat kedua yang Allah berikan datang, ia diterima menjadi assiten laboratorium dan pada saat yang bersamaan pula ia diterima menjadi anggotan Badan Eksekutif Mahasiswa. Sebuah hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, disini rangga kembali sadar bahwa Allah sangat sayang padanya.
Kini rangga mulai memasuki semester 6, kejenuhanpun sudah ia rasakan hal ini disebabkan pelajaran yang semakin sulit dan banyak kendala yang ia alami namun ia tidak menyerah begitu saja. Rangga terus berjuang, beribadah dan selalu berdo’a kepada Allah agar cita-cita dan tujuannya tercapai. Tujuan rangga hanya 1 yaitu membanggakan kedua orangtuanya dan rangga memiliki 1 cita-cita yang selalu ia gantung 5cm di depan keningnya yaitu menjadi gubernur Bank Indonesia di tahun 2030, bagi rangga cita-cita tersebut bisa dimulai dengan lulus tepat waktu di tahun 2015. “Ya saya akan lulus ditahun 2015 dengan predikat sangat baik dan itu alasan saya mengapa kuliah disini” ujar rangga.
Pada akhirnya ia sadar dan mendapatkan sebuah kalimat yang menjadi jawaban dari pertanyaannya selama ini. “semua hal yang manusia inginkan bukanlah yang ia butuhkan namun sebaliknya apa yang manusia butuhkan sudah pasti melengkapi yang ia inginkan dan Allah sangat mengetahui apa yang umatnya butuhkan”. Jadi selama ini ia selalu bersikap realistis dan menerima hal yang tidak ia inginkan bukan tanpa hasil, bisa dilihat dari perjalanan hidupnya Allah selalu memberikan apa yang ia butuhkan dan bukan yang ia inginkan sehingga biarpun sebagian pendidikannya dijalani di swasta bukan berarti ia tidak bisa berprestasi, justru sebaliknya ia menjadi seorang yang sangat berprestasi lewat jalan yang sudah Allah berikan. Sukses di depan mata ! jalani terus hidup ini dengan usaha, do’a dan senyuman (
Bekasi, 28 Desember 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar