Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara
wajar, dalam senua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP).Prosess diagonostik untuk membuat pertimbangan tentang
akun yang mungkin mengandung salah saji yang material serta memperoleh bukti
tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan sejumlah
langkah.
Bab ini berfokus pada tujuh langkah pokok yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan:
1. Memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri
2. Mengindefikasi asersi laporan
keuangan yang relevan
3. Membuat keputusan tentang jumlah
yang material bagi para pengguna laporan keuangan
4. Membuat keputusan tentang
komponen risiko audit
5. Memperoleh bukti melalui prosedur
audit, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian intern, melaksanakan
pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif
6. Menetapkan bagaimana menggunakan
bukti untuk mendukung suatu pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta
jasa bernilai tambah
7. Mengkomunikasikan temuan-temuan.
Berikut ini adalah ikhtisar singkat bagaimana elemen-elemen
ini dapat dipadukan bersama dalam pelaksanaan suatu audit. Seorang auditor
harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat
memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana GAAP
diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan harapan tentang
laporan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor
harus membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun pertama dan golongan
transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo
akun dan golongan transaksi.
- ASERSI MANAJEMEN
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara
wajar, dalamj semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.Untuk mencapai tujuan
tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah
tujuan audit yang spesifik bagi setiap akunyang dilaporankan dalam laporan
keuangan. Tujan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh
manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang
eksplisit dan implisit. Asersi ini merupakan hal yang penting karena menjadi
pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Sebagai contoh, perhatikan komponen
neraca berikut ini:
Aktiva Lancar:
Piutang Usaha, bersih $40252900
Untuk melaporkan pos ini dalam neraca, manajemen membuat dua
asersi eksplisit, yaitu (1) piutang usaha tersebut memang ada, dan (2) Jumlah
piutang usaha yang benar setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih
adalah $40252900. Manajemen juga membuat tiga asersi implisit sebagai berikut:
(1) semua piutang usaha yang harus dilaporkan telah dilaporkan semuanya, (2)
semua piutang usaha yang dilaporkantersebut adalah benar milik entitas, dan (3)
semua pengungkapan yang sesuai berkaitan dengan piutang usaha telah dicantumkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila ada salah satu asersi tersebut
yang salah saji, berarti laporan keuangan telah salah saji secara material.
Asersi serupa merndasari semua komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan. Sesuai dengan itu, Auditing
Standard Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03), telah
mengakui lima kategori asersi laporan kuangan sebagai berikut:
1. Keberandaan atau keterjadian
(existence or occurrence)
2. Kelengkapan (completeness)
3. Hak dan kewajiban (rights and
obligations)
4. Penilaian dan alokasi (valuation
or allocation)
5. Penyajian dan pengungkapan
(presentation and disclosure)
Lima kategori asersi ini merupakan hal yang penting karena
dapat emmbantu auditor memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi
dalam laporan keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan perencanaan
audit untuk mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan kewajaran penyajina
laporan keunagan. Dalam bagian tersebut akan disajikan uraian setiap kategori
asersi beserta contohnya.
- KEBERADAAN ATAU KETERJADIAN
Asersi tentang keberadaan atau kejadian (existence or
occurrence) berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang
benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicapat
benar-benar telah terjadi selama periode tersebut.
- KELENGKAPAN
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan
apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan
benar-benar telah dicantumkan.
- HAK DAN KEWAJIBAN
Asersi mengenai hak dan kewajiban (right and obligation)
berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi entitas dan hutang memang telah
menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.
- PENILAIAN ATAU ALOKASI
Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or
allocation) berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban telah dicantumkan dalam laporan kuangan dengan jumlah yang semestinya.
- PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure) berkaitandengan pakah komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, diuraikan, dan diungkapan sebagaimana mestinya.
- MATERIALITAS
Pernyataan konsep PASB no.2 mendefinisikan materialisasi
(materiality) sebagai “besarnya pengabaian atau salah saji informasi akuntansi
yang dalam kaitannya dengan kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan
pertimbangan pihak yang berkepentinganyang mengandalkan informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut”.
Bagaiman konsep materilalitas ini dapat mempengaruhi proses
audit? Pertama, auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas
sementara ia merencankan perikatan untuk membuat keputusan penting tintang
lingkup audit. Kedua, konsep materialitas iniu juga menjadi pedoman auditor
ketika mengevaluasi temuan audit. Apabila digunakan teknik penarikan sampel,
auditor harus memproyeksikan salah saji yang diketahui dalam sampel pada
populasi secara keseluruhan. Keputusan materialitas ini merupakan elemen kunci
bagi suatu audit, karena akan menjadi pedoman auditor pada berbagai keputusan
berikutnya tentang apa yang penting tau tidak penting dalam pembentukan
pendapat atas laporan keuangan.
- RISIKO AUDIT
Laporan audit standar menjelaskan
bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai – bukan absolut –
bahwa laporan keunagan telah bebas dari salah saji yang material. Karena audit
tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan
mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. SAS 47 (AU 312.02,
Audit Risk and materiality in Conducting the Audit (Risiko Audit dan
materialitas dalam Pelaksanaan Audit), mendefinisikan risiko audit sebagai
berikut:
Risiko audit (audit risk) adalah risiko auditor tanpa sadar
tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaiman mestinya atas laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
- KOMPONEN RISIKO AUDIT
Dalam praktik, seorang auditortidak hanya harus
mempertimbangkan risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi
saja , tetapi juga setiap asersi yang relevan dengan saldo akun dan golongan
transaksi yang material.
- Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah (inherent risk) adalah kerentalan suatu
asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak
terdapat pengendalian internal yang terkait.
- Risiko pengendalian
Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya
salah saji yang material dalam suatu asersiyang tidak akan dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
- Risiko Deteksi
Risko deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul
karena auditor tidak dapat mendeteksi salah sai material yang terdapat dalam
satu asersi.
- BUKTI AUDIT
Bukti audit sangat mudah mempengaruhi sifat pekerjaan audit
yang tercantum pada standar ketigha pekerjaan lapangan dari standar auditing
yang berlaku umum (GAAS). Standar ketiga pekerjaan laporan menyatakan bahwa:
Bahan bukti (evidential matter) kompeten
yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
- KECUKUPAN BUKTI AUDIT
Elemen dari standar ketiga pekerjaan lapangan ini berkaitan
dengan kuantitas bahan bukti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertimbangan auditor atas kecukupan meliputi:
1. Materialitas dan risiko
Secara umum, untuk akun yang material pada laporan keuangan
diperlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan untuk akun yang tidak material.
Dengan demikian, dalam mengaudit sebuah perusahaan manufaktur, maka sifat, dan
luasnya bukti audit untuk medukung tujuan audit atas akun persediaan akan lebih
meyakinkan dibandingkan dengan bukti yang diperlukan untuk tujuan audit atas
akun beban dibayar di muka.
2. Faktor-faktor ekonomi
Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang
menentukan bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya
yang memadai. Dengan demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan
apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan berupa
perolehan bukti audit yang lebih meyakinkan.
3. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi berkaitan dengan jumlah item yang terdapat
dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam jurnal
penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan keunagan
yang digunakan dalam penarikan sampel yang diperlukan untuk pengumpulan bukti
audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin besar pula jumlah
bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai guna menarik
kesimpulan tentang hal itu.
- GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara
wajar, dalam senua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (GAAP).Prosess diagonostik untuk membuat pertimbangan tentang
akun yang mungkin mengandung salah saji yang material serta memperoleh bukti
tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan sejumlah
langkah. Langkah-langkah ini dijelaskan dalam gambar 1.
Bab ini berfokus pada tujuh langkah pokok yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan:
1. Memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri
2. Mengindefikasi asersi laporan
keuangan yang relevan
3. Membuat keputusan tentang jumlah
yang material bagi para pengguna laporan keuangan
4. Membuat keputusan tentang
komponen risiko audit
5. Memperoleh bukti melalui prosedur
audit, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian intern, melaksanakan
pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif
6. Menetapkan bagaimana menggunakan
bukti untuk mendukung suatu pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta
jasa bernilai tambah
7. Mengkomunikasikan temuan-temuan.
Berikut ini adalah ikhtisar singkat bagaimana elemen-elemen
ini dapat dipadukan bersama dalam pelaksanaan suatu audit. Seorang auditor
harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat
memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana GAAP
diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan harapan tentang
laporan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor
harus membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun pertama dan golongan
transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo
akun dan golongan transaksi.
- ASERSI MANAJEMEN
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara
wajar, dalamj semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.Untuk mencapai tujuan
tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah
tujuan audit yang spesifik bagi setiap akunyang dilaporankan dalam laporan
keuangan. Tujan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh
manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang
eksplisit dan implisit. Asersi ini merupakan hal yang penting karena menjadi
pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Sebagai contoh, perhatikan komponen
neraca berikut ini:
Aktiva Lancar:
Piutang Usaha, bersih $40252900
Untuk melaporkan pos ini dalam neraca, manajemen membuat dua
asersi eksplisit, yaitu (1) piutang usaha tersebut memang ada, dan (2) Jumlah
piutang usaha yang benar setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih
adalah $40252900. Manajemen juga membuat tiga asersi implisit sebagai berikut:
(1) semua piutang usaha yang harus dilaporkan telah dilaporkan semuanya, (2)
semua piutang usaha yang dilaporkantersebut adalah benar milik entitas, dan (3)
semua pengungkapan yang sesuai berkaitan dengan piutang usaha telah dicantumkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila ada salah satu asersi tersebut
yang salah saji, berarti laporan keuangan telah salah saji secara material.
Asersi serupa merndasari semua komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan. Sesuai dengan itu, Auditing
Standard Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03), telah
mengakui lima kategori asersi laporan kuangan sebagai berikut:
1. Keberandaan atau keterjadian
(existence or occurrence)
2. Kelengkapan (completeness)
3. Hak dan kewajiban (rights and
obligations)
4. Penilaian dan alokasi (valuation
or allocation)
5. Penyajian dan pengungkapan
(presentation and disclosure)
Lima kategori asersi ini merupakan hal yang penting karena
dapat emmbantu auditor memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi
dalam laporan keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan perencanaan
audit untuk mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan kewajaran penyajina laporan
keunagan. Dalam bagian tersebut akan disajikan uraian setiap kategori asersi
beserta contohnya.
- KEBERADAAN ATAU KETERJADIAN
Asersi tentang keberadaan atau kejadian (existence or
occurrence) berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang
benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicapat
benar-benar telah terjadi selama periode tersebut.
- KELENGKAPAN
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan
apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan
benar-benar telah dicantumkan.
- HAK DAN KEWAJIBAN
Asersi mengenai hak dan kewajiban (right and obligation)
berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi entitas dan hutang memang telah
menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.
- PENILAIAN ATAU ALOKASI
Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or
allocation) berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan
beban telah dicantumkan dalam laporan kuangan dengan jumlah yang semestinya.
- PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure) berkaitandengan pakah komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, diuraikan, dan diungkapan sebagaimana mestinya.
- MATERIALITAS
Pernyataan konsep PASB no.2 mendefinisikan materialisasi
(materiality) sebagai “besarnya pengabaian atau salah saji informasi akuntansi
yang dalam kaitannya dengan kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan
pertimbangan pihak yang berkepentinganyang mengandalkan informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut”.
Bagaiman konsep materilalitas ini dapat mempengaruhi proses
audit? Pertama, auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas
sementara ia merencankan perikatan untuk membuat keputusan penting tintang
lingkup audit. Kedua, konsep materialitas iniu juga menjadi pedoman auditor
ketika mengevaluasi temuan audit. Apabila digunakan teknik penarikan sampel,
auditor harus memproyeksikan salah saji yang diketahui dalam sampel pada
populasi secara keseluruhan. Keputusan materialitas ini merupakan elemen kunci
bagi suatu audit, karena akan menjadi pedoman auditor pada berbagai keputusan
berikutnya tentang apa yang penting tau tidak penting dalam pembentukan
pendapat atas laporan keuangan.
- RISIKO AUDIT
Laporan audit standar menjelaskan
bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai – bukan absolut –
bahwa laporan keunagan telah bebas dari salah saji yang material. Karena audit
tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan
mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. SAS 47 (AU 312.02,
Audit Risk and materiality in Conducting the Audit (Risiko Audit dan
materialitas dalam Pelaksanaan Audit), mendefinisikan risiko audit sebagai
berikut:
Risiko audit (audit risk) adalah risiko auditor tanpa sadar
tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaiman mestinya atas laporan keuangan
yang mengandung salah saji material.
- KOMPONEN RISIKO AUDIT
Dalam praktik, seorang auditortidak hanya harus
mempertimbangkan risiko audit untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi
saja , tetapi juga setiap asersi yang relevan dengan saldo akun dan golongan
transaksi yang material.
- Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah (inherent risk) adalah kerentalan suatu
asersi terhadap kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak
terdapat pengendalian internal yang terkait.
- Risiko pengendalian
Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya
salah saji yang material dalam suatu asersiyang tidak akan dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
- Risiko Deteksi
Risko deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul
karena auditor tidak dapat mendeteksi salah sai material yang terdapat dalam
satu asersi.
- BUKTI AUDIT
Bukti audit sangat mudah mempengaruhi sifat pekerjaan audit
yang tercantum pada standar ketigha pekerjaan lapangan dari standar auditing
yang berlaku umum (GAAS). Standar ketiga pekerjaan laporan menyatakan bahwa:
Bahan bukti (evidential matter) kompeten
yang mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
- KECUKUPAN BUKTI AUDIT
Elemen dari standar ketiga pekerjaan lapangan ini berkaitan
dengan kuantitas bahan bukti. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertimbangan auditor atas kecukupan meliputi:
1. Materialitas dan risiko
Secara umum, untuk akun yang material pada laporan keuangan
diperlukan bukti yang lebih banyak dibandingkan untuk akun yang tidak material.
Dengan demikian, dalam mengaudit sebuah perusahaan manufaktur, maka sifat, dan
luasnya bukti audit untuk medukung tujuan audit atas akun persediaan akan lebih
meyakinkan dibandingkan dengan bukti yang diperlukan untuk tujuan audit atas
akun beban dibayar di muka.
2. Faktor-faktor ekonomi
Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang
menentukan bahwa kecukupan bukti harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya
yang memadai. Dengan demikian, seorang auditor seringkali menghadapi keputusan
apakah penambahan waktu dan biaya akan memberikan manfaat yang sepadan berupa
perolehan bukti audit yang lebih meyakinkan.
3. Ukuran dan Karakteristik Populasi
Ukuran populasi berkaitan dengan jumlah item yang terdapat
dalam populasi tersebut, seperti jumlah transaksi penjualan dalam jurnal
penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari banyak item laporan keunagan
yang digunakan dalam penarikan sampel yang diperlukan untuk pengumpulan bukti
audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin besar pula jumlah
bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai guna menarik
kesimpulan tentang hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar