Digadang
pemerintah tidak bakal sukses selama disparitas harga antara bensin premium dan
BBG masih terlampau lebar.
"Minimal
selisih harga antara premium dan gas 60% baru bisa membuat masyarakat mau berpikir
untuk beralih ke bahan bakar gas," ujar Sekjen Asosiasi Pengusaha CNG
Indonesia Danny Praditya, ketika ditemui di kantor Medco Energy, Jalan Jenderal
Sudirman, Kamis (1/2/2012).
Menurut
Danny, disparitas harga yang terlampau jauh membuat program konversi ini sulit
berkembang pesat.
"Pemerintah
seharus menghitung betul berapa harga keekonomian CNG (Compresed Natural Gas)
ini, karena selama ini pengusaha SPBG sendiri tidak tahu berapa harga
keekonomiannya CNG," ujar Danny.
Apalagi
harga dasar gas di hulu selama ini berubah-rubah dan berbeda-beda. "Harga
yang masih floating inilah yang tidak menjamin kualitas gas. Antara Pertamina,
PGN, dan Medco berbeda-beda dan kualitas beda-beda, sementara di pengusaha SPBG
harganya harus seragam," ungkapnya.
Danny
pun sangat setuju dengan rencana pemerintah yang akan menaikan harga premium dan
solar naik Rp 1.500/liter.
"Artinya
disparitas harga akan semakin jauh dan bedanya nanti akan sekitar 60%, ini bisa
merayu pengguna BBM untuk beralih ke gas," katanya.
Tapi
perlu juga diingat, moment kenaikan BBM nanti kata Danny jangan disia-siakan,
pemerintah harus aktif mensosialisasikan program konversi dan tentunya
meningkatkan infrastruktur, standarisasi kualitas gas, bengkel, dan SOP SPBU.
"Karena
jika tidak dilakukan, masyarakat bakal memaksakan diri untuk menyesuaikan
keadaan yakni terbiasa dengan harga kenaikan BBM dan kembali lagi, tidak mau
beralih ke BBG," tandas Danny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar