Universitas
UGM, Jayan Sentanuhady menilai program konversi BBM ke BBG yang digalakkan
pemerintah, hanya action semata. Sementara kontrol dari pemerintah tidak ada.
"Tidak
usah jauh-jauh. Ambil contoh di Palembang, proyek percontohan konversi ke gas,
2008 pemerintah membagikan konverter kit ke 660 angkot dan 25 bus di
Palembang," kata Jayan, di Kantor Medco Energi, kawasan SCBD, Kamis
(1/3/2012)
Tapi,
faktanya saat ini berapa? Jayan mengatakan, angkot yang pakai converter kit di
Palembang kinitidak lebih dari 50 unit-60 unit saja. Sementara bus hampir tidak
ada lagi. Pada dicopotin semua.
"Ini
kenapa? Karena pemerintah cuma action doank. Sistem kontrol, sosialisasi,
tempat pengaduan, standarisasi kualitas dan SOP di SPBU serta bengkel tidak
ada," ujar Jayan.
"Makanya
saya berani bilang, Bu Evita (Dirjen Migas) bohong! Kalau bilang di Palembang
masih banyak angkot dan bus yang pakai gas," yakin Jayan.
Hal
tersebut diyakininya, karena pihaknya sudah melakukan penelitian di Palembang.
"Kami diundang sama pemilik SPBG di Palembang dan hanya satu-satunya
disana, karena pengguna angkot yang pakai gas jumlahnya saat itu turun tinggal
200 unit, pengusaha SPBG-nya panik dan minta kami lakukan penelitian apa
sebabnya kok jumlahnya turun," papar Jayan.
Sementara
ketika jumlah pengguna angkot yang pakai CNG menurun karena converter kit-nya
pada dicabut semua, pemerintah tidak lakukan apa-apa. "Tidak ada action
sama sekali, jadi apa salah kalau saya bilang program ini hanya action
doank," tukasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar