Kategori
Bila ditinjau dari kinerja perdagangan,
saham dapat dikelompokkan menjadi :[1]
1. Blue chip stocks, saham biasa yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam industrinya, memiliki
pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen
2. Income stocks, saham suatu emiten
dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya
3. Growth stocks, terdiri dari well-known
dan lesser-known
4. Speculative stocks, saham secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, namun belum pasti
5. Counter cyclical
stocks,
saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum
Aplikasi
Masyarakat dapat membeli saham biasa di
bursa efek via broker.
Di Indonesia, pembelian saham harus dilakukan atas
kelipatan 500 lembar atau disebut juga dengan 1 lot.[7] Saham pecahan ( tidak bulat 500 lembar
) bisa diperjualbelikan secara over the counter.[7] Salah satu tujuan masyarakat untuk
membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:[1]
1. Meningkatnya nilai
kapital (capital gain).
2. Mendapatkan dividen.
Penawaran Saham Perusahaan kepada
masyarakat pertama kali sebelum listing di bursa dinamakan Initial Public
Offering (IPO), sedangkan jika sudah terdaftar (listing) dan
perusahaan ingin menambah saham beredar dengan memberikan hak terlebih dahulu
kepada pemegang saham lama untuk membeli-nya dinamakan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) atau dikenal juga dengan sebutan Right Issue.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing saham di Bursa Efek Jakarta dan New York Stock Exchange. Saham yang diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa dikenal dengan American Depositary Receipt(ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun, seiring dengan situasi dan kondisi yang ada. Seperti saat krisis moneter pada tanggal 15 September 1998, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merupakan barometer saham di Indonesia terpuruk hingga mencapai nilai 292,12 poin.[8] Pada bulan September pula, IHSG mencapai nilai terendah yaitu 254 poin.[8] Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam negeri menjadi under value.[8] Dalam periode 2002-2007, nilai IHSG telah pulih bahkan sudah beberapa kali memecahkan rekor. Contohnya pada tahun 2006 dan tahun 2007 IHSG memposisikan dirinya sebagai salah satu indeks yang memiliki kinerja terbaik dunia ( peringkat 2 setelah Cina, mencapai level 2.745,826 poin).[9]Pada tanggal 11 Desember 2007, IHSG mencapai level 2.810,262 poin sekaligus menorehkan sejarah sebagai level indeks tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.[9] Selain itu, IHSG mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 42,18% sebagai pergerakan indeks tertinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks di Asia.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar